Novel Laut Bercerita : Reperesentasi Kebengisan Orde Baru, Kehangatan Cinta, dan Eratnya Kerja Sama

Laut Bercerta adalah novel garapan Leila Salikha Chudori. Ia memulai kegemarannya dalam menulis sejak umur 11 tahun, saat dirinya masih mengenyam bangku sekolah dasar. Ia pertama melahirkan sebuah karya sastra yakni cerpen berjudul Pesan Sebatang Pohon Pisang dan dimuat di majalah anak-anak si Kuncung pada tahun 1973.
Novel Laut Bercerita mendeskripsikan dengan jelas bagaimana bengisnya Orde Baru, bagaimana ada kehangatan cinta keluarga, sahabat, dan kekasih di dalamnya, juga kekompokan serta kerja sama yang terlihat dari kelompok Winatra. “Kehangatan cinta” dan” eratnya kerja sama” yang digambarkan Leila S. Chudori melalui novel Laut Bercerita merupakan dua sumber inspirasi untuk melawan setiap penindasan.
Kelompok Winatra beranggotakan Arifin Bramantyo sebagai ketua, Gala Prasetya, Kasih Kinanti, Sunu Daryanto, Julius Sasongko, Dana Suwarsa, Nerendra Jaya, Widi Yulianto, Biru Laut sebagai sekjend, Alex Perazon, dan Naratama. Mereka bergerak untuk memiliki jiwa aktivis dengan latar belakang yang berbeda-beda, seperti Bram karena melihat tetangganya yang seorang ibu tua meninggal karena terlilit utang. Biru laut yang bergerak untuk melakukan perubahan besar terhadap Indonesia karena merasa ada keganjilan saat guru bahasa Indonesianya tiba-tiba dipecat karena diduga masih dalam lingkup keluarga PKI.
Diceritakan pula dalam novel Laut Bercerita prihal bagaimana kejamnyanya pemerintah Orde Baru yang antikritik, merasa paling superior, dan tidak perlu persetujuan masyarakat dalam memutuskan atau mengesahkan suatu hal. Siapa yang berani untuk melakukan kritik dan dianggap tidak mendukung “program” dari presiden, dia akan segera menjadi buron seperti kelompok Winatra. Kehangatan cinta dan eratnya kerja sama menjadi penguatan prinsip kelompok Winatra untuk selalalu berjuang walaupun menjadi buron yang kemudian akan ditangkap dan dihilangkan paksa oleh aparat yang mengenakan sepatu bergerigi dan seibo yang melakukan siksaan sadis dan diperlakukan tidak manusiawi.
Novel yang diangkat dari kisah nyata ini bagi penulis sendiri adalah sebuah cambuk untuk selalu semangat dan bermental kuat untuk memberikan perlawanan terhadap setiap penindasan. Dan penulis sendiri juga berharap novel Laut Bercerita ini dikaji ulang bagi setiap kader pergergerakan–sebagai obat penguat–dalam menjalankan segala aktivitas di organisasi.
Kepada mereka yang dihilangkan dan tetap hidup selamanya …
~ M. Raid Al – Maturidi